Jumat, 06 Mei 2011

ADAB TERHADAP ORANG YANG TELAH MENINGGAL DUNIA


Terdapat beberapa Ayat Al-Qur’an dan hadist yang menjelaskan tentang kematian seseorang dan bagaimna sikap (Adab) orang yang ditinggalkan diantarannya :
-          “…Setiap yang berjiwa akan merasakan mati..” (Ali-Imran 185)
-          Sabda Rasulullah SAW : ”Apabila anak adam meninggal dunia maka terputuslah hubungan dengan dunia serta segala amal baiknya kecuali tiga macam amal; harta yang diwakafkan, ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholeh yang selau mendo’akan orang tuannya”. (HR. Muslim)

 Bagaimana sikap / adab terhadap sepeninggalnnya yaitu:
1.      Melanjutkan Tradisi silahturahmi yang pernah dilakukannya semasa hidup baik kepada saudara maupun kawannya.
2.      secara umum dampak / implikasi dari meninggalnya seseorang antara lain beralihnya kepemilikan hartannya kepada orang lain (Ahli warisnnya) dalam hal ini anak-anaknnya
Yang dimaksud ahli waris dalam Al-Qur’an yaitu Anak, Ibu, Bapak, Saudara dan Istri (Cucu dan Menantu tidak termasuk ahli waris).
Tata cara pembagian Warisan didasarkan atas Hukum Waris. Beberapa ayat Al-Qur’an dan hadist yang menjelaskan tentang Hukum Waris sesuai dengan konteks / relevan, maka terdapat hadist yang harus dipedomani yaitu ”Berikanlah hak waris kepada yang berhak sesai ketentuannya.”

KESIMPULAN

  1. Sebagai wujud Terima kasih, rasa hormat, Rasa sayang. Dll kepada orang yang telah meninggal dunia yaitu pertama Melanjutkan Tradisi silahturahmi yang pernah dilakukannya semasa hidup baik kepada saudara maupun kawannya. Kedua, menyelesaikan pembagian warisan nkepada anak-anaknnya secara adil (Sebagai salah satu indikator anak yang sholeh dan selalu mendo’akan)
  2. Apabila menyakini dengan cara lain dalam mewujudkan Terima kasih, rasa hormat, Rasa sayang. Dll dari sebagaimana dijelaskan diatas, sebaiknya jangan memaksakan kepada orang lain yang tidak sepaham.
  3. Demikian pula tulisan singkat ini tidak dimaksudkan untuk mempengaruhi keyakinan yang berbeda dan tidak untuk dipertentangkan, namun demikian kami bersedia berdiskusi untuk mencari kesepahaman.
  4. Agar terjalin keharmonisan dalam berinteraksi / muamalah sebaiknya kita memahami apa yang dimaksud iman. Iman adalah pembenaran didalam hati dari apa yang didengar walu akal tidak menerima. Sebagai muslim yang dituntut beriman kepada Allah (Al-Qur;an) dan Rasulullah SAW (Al-hadist).



Refrensi : Buku Pedoman Hidup Muslim, Tafsir Al-Azhar, Hadist Pintar