Rabu, 21 September 2011

Perjuangan ini baru akan dimulai


I wish I knew how it would fell to be free
I wish I could break all the chains holding me
I wish I could sal all the things that should say
Say I laud say I clear for the whole widw word to hear
(I wish -Light house family)
               
                Ini lah lagu yang menemani dikala harus melalukan penelitian di Ponorogo, lebih tepatnya di desa sukun lebih khusus lagi pada hutan tanaman kayu putih milik perhutani KPH Madiun. Penelitian ini sangat menarik yaitu menentukan laju aliran dan erosi permukaan pada lahan tanaman kayu putuh, canggih kan sob. Penelitian ini adalah hasil negosiasi pembimbing saya dengan seorang wakil kepala puslitbang perhutani, yang teryata adalah mantan pacarnya. Oke kita kembali ke penelitian yang berlangsung cukup lama, kurang lebih sekitar 4 bulan lah. Hebatnya penelitian ini adalah menunggu hujan dan teryata daerah tersebut jarang hujan, disitulah kesabaran mulai teruji. Hari demi hari, bulan berganti bulan dan akhirnya tak terasa 2 bulan terlewati begitu cepat, sahabat-sahabat saya sudah ada yang lulus pula, menambah sakit hati ini. Memang harus bahagia juga, tapi tetap saja ada rasa ingin cepat seperti mereka. Asal kalian tau, Ipk saya sudah diatas standar Ipk perguruan tinggi negri, bukannya sombong ya, hanya memberi info saja.

                 Salah satu kenangan selama penelitian adalah menjalin persahabatan dengan orang2 yang membantu penelitian dan mengenal berbagai karakternya, itu akan menjadi bekal dikemudian hari. Salah satu orang sukses adalah yang bisa beradapsati dengan lingkungan sekitar, makanya saya ingin belajar seperti itu. Singkat cerita 4 bulan telah berlalu, amira sesosok gadis cantik nan lugu menemani hari2 ku di ponorogo, sampai2 saya lupa wajah pacar saya. Sehingga bila dibandingkan dengan amira (Sinetron Putri yang tertukat) terlihat serupa tapi tak sama, entah sampai kapan sinetron yang tidak karuan ini berakhir.
                Selanjutnya tahap setelah pengambilan data adalah seminar. ya ketika anda sudah seminar maka tahap selanjutnya adalah sidang, setelah seminar dengan bangga saya mengucapkan ”One step closer”. Ada hal yang menarik ketika saya sidang, presentasi yang saya buat dengan power point 2010 memberi kesan positif bagi audiens, khususnya adalah pembimbing saya sendiri Bapak hendra dan Bu corry. Salah satu sifat saya adalah saya ingin tampil beda, khususnya beda dalam hal positif. Atas dasar tersebut saya memutuskan menggunakan ppt 2010 untuk tampilan awal, karena efek yang cukup menarik. Dan hasilnya, bu corry menyampaikan bahwa “budi kamu memiliki jiwa seni yang tinggi” sedangkan pak hendra mengucapkan “bahwa budi mengerjakan dengan serius” kata2 yang tak mungkin dilupakan oleh saya pribadi. Satu pesan khusus bagi kawan2 semua, jadilah orang yang berbeda dari biasanya, maka kalian akan dapat perhatian lebih dari orang lain.
                Sedikit cerita tentang pak hendra, dia adalah Dekan Fakultas saya, fakultas kehutanan. Beliau adalah salah satu tokoh inspirasi saya dari 5 tokoh inspirasi hidup saya. Salah satu kelebihan pak hendra adalah beliau dekan dan beliau tak pernah bilang sibuk jika ada mahasiswa yang ingin berkonsultasi dengan beliau. Beliau juga mempunyai langkah-langkah strategi bila menghadapi masalah, beliau juga orang yang cukup tegas tidak mudah diajak kompromi, kritis terhadap sesuatu. alhasil beliau tidak disenangi dikalangan orang rektorat dan bangsa ini pun saya rasa juga tidak senang dengan orang seperti ini, oleh sebab itu beliau tidak dipilih kembali menjadi dekan fakultas kami, padahal jika mengacu sistem yang ada beliau mendapatkan suara terbanyak di fakultas tetapi keputusan akhir berada ditangan rektorat. Pertanyaan berikutnya untuk apa kita meluangkan tenga, pikiran untuk memilih dekan lewat fakultas jika pada akhirnya yang menentukan rektorat? Alangkah anehnya kawan, tapi ya sudahlah saya yakin beliau dapat berkarya didepartemen kami. Soalnya kepala departemen kami rada kolot, jadi saya rasa pak hendra sangat dibutuhkan di depatemen kami, untuk mengurangi kekolotan sang kadep.
                Lima hari menuju sidang, tahap akhir dari 5 tahun perjalanan saya di kampus IPB. Kampus yang dulu dibanggakan sebagai kampus hijau, sekarang telah menjadi kampus beton. Entah apa yang dipikirkan para petinggi kami. Dugaan saya adalah ingin menambah mahasiswa sehingga menambah pendapatan IPB, karena IPB telah menjadi kampus BHMN. Apa2 harus mengatur sendiri termasuk keuangannya. Lantas salah siapa ketika pohon yang telah tumbuh difakultas kami bertahun-tahun harus ditebang? Saya rasa rektor ipb tidak sepenuhnya salah, pemerintahlah yang salah. Pemerintah salah karena tidak sepenuhnya memperhatikan pendidikan, bukankah dengan pendidikan yang baik akan melahirkan masyarakat yang baik pula? politik kotor yang selalu diurus, semoga allah turun tangan untuk menuntaskan ini semua. Rasanya cape bila pada akhirnya meyinggung pemerintah.
                Hari jum’at 5 agustus 2011 (5 Ramadhan 1432 H) pukul 09.00 WIB sidang saya dimulai. Satu rahasia yang kalian harus punya ketika sidang adalah jangan pernah nerves dan jangan menggurui. Sidang saya berlangsung santai adakalanya kami tertawa bersama, dua jam waktu yang diperlukan untuk sidang berlalu begitu cepat dan akhirnya pengumuman hasil sidang diberitahukan. “Saudara Yuliatno Budi Santoso, setelah kami diskusikan dengan dosen pembimbing dan penguji anda dinyatakan……..LULUS dengan nilai mutu B” kata2 yang diucapkan oleh ketua sidang yang baik hati. Alhamdulillah saya lulus, tapi kenapa dapat B? oh tuhan saya tidak bodoh2 sekali dalam menjawab pertanyaan tadi. Bukannya saya sombong atau gimana, tetapi rasanya ada yang kurang jika tidak mendapat nilai A, masalahnya ini adalah penghunjung pencapaiaan. Kalau boleh jujur saya tidak terima, tapi ya sudahlah sebenarnya mau mendapat A atau B tidak mempangaruhi IPK secara lamhsung, hanya berpengaruh 0,04 apa artinya angka tersebut yang penting tidak banyak mempengaruhi IPK.
                Berakhir sudah perjalanan pendidikan di kampus IPB, ya kampus yang telah memberikan pelajaran berharga bagi saya pribadi, kampus yang nuansa agamanya sangat kental dan kuat, kampus yang memberikan pelajaran politi kepada saya, kampus yang dulu hijau sekarang sudah tidak lagi, dan yang terpenting akhirnya saya lulus dari kampus tersebut. Perjuangan ini baru akan dimulai, ujian yang sebenarnya ada setelah saya lulus, “jaga almamater kita” begitulah nasihat bu corry kepada saya. Tenang bu, almamter akan selalu saya jaga di dalam hati dan pikiran saya untuk menjadi buffer ketika saya mulai kehilangan arah. Terlintas untuk melanjutkan S2 di IPB, tapi kita lihat saja beberapa tahun kedepan, semoga saja dapat kembali kesana. Terima kasih IPB, terima kasih kepada setiap elemen yang berada didalamnya, saya bangga pernah menempuh pendidikan di institusi tersebut walau terasa berat untuk keluar dari institusi ini namun saya bangga, Akan saya jaga nama baik mu IPB. Semoga saya dapat berkarya untuk bangsa Indonesia dan dunia.

 Bogor, 9 Agustus 2011


Yuliatno Budi Santoso, S.Hut