Rabu, 21 September 2011

Perjuangan ini baru akan dimulai


I wish I knew how it would fell to be free
I wish I could break all the chains holding me
I wish I could sal all the things that should say
Say I laud say I clear for the whole widw word to hear
(I wish -Light house family)
               
                Ini lah lagu yang menemani dikala harus melalukan penelitian di Ponorogo, lebih tepatnya di desa sukun lebih khusus lagi pada hutan tanaman kayu putih milik perhutani KPH Madiun. Penelitian ini sangat menarik yaitu menentukan laju aliran dan erosi permukaan pada lahan tanaman kayu putuh, canggih kan sob. Penelitian ini adalah hasil negosiasi pembimbing saya dengan seorang wakil kepala puslitbang perhutani, yang teryata adalah mantan pacarnya. Oke kita kembali ke penelitian yang berlangsung cukup lama, kurang lebih sekitar 4 bulan lah. Hebatnya penelitian ini adalah menunggu hujan dan teryata daerah tersebut jarang hujan, disitulah kesabaran mulai teruji. Hari demi hari, bulan berganti bulan dan akhirnya tak terasa 2 bulan terlewati begitu cepat, sahabat-sahabat saya sudah ada yang lulus pula, menambah sakit hati ini. Memang harus bahagia juga, tapi tetap saja ada rasa ingin cepat seperti mereka. Asal kalian tau, Ipk saya sudah diatas standar Ipk perguruan tinggi negri, bukannya sombong ya, hanya memberi info saja.

                 Salah satu kenangan selama penelitian adalah menjalin persahabatan dengan orang2 yang membantu penelitian dan mengenal berbagai karakternya, itu akan menjadi bekal dikemudian hari. Salah satu orang sukses adalah yang bisa beradapsati dengan lingkungan sekitar, makanya saya ingin belajar seperti itu. Singkat cerita 4 bulan telah berlalu, amira sesosok gadis cantik nan lugu menemani hari2 ku di ponorogo, sampai2 saya lupa wajah pacar saya. Sehingga bila dibandingkan dengan amira (Sinetron Putri yang tertukat) terlihat serupa tapi tak sama, entah sampai kapan sinetron yang tidak karuan ini berakhir.
                Selanjutnya tahap setelah pengambilan data adalah seminar. ya ketika anda sudah seminar maka tahap selanjutnya adalah sidang, setelah seminar dengan bangga saya mengucapkan ”One step closer”. Ada hal yang menarik ketika saya sidang, presentasi yang saya buat dengan power point 2010 memberi kesan positif bagi audiens, khususnya adalah pembimbing saya sendiri Bapak hendra dan Bu corry. Salah satu sifat saya adalah saya ingin tampil beda, khususnya beda dalam hal positif. Atas dasar tersebut saya memutuskan menggunakan ppt 2010 untuk tampilan awal, karena efek yang cukup menarik. Dan hasilnya, bu corry menyampaikan bahwa “budi kamu memiliki jiwa seni yang tinggi” sedangkan pak hendra mengucapkan “bahwa budi mengerjakan dengan serius” kata2 yang tak mungkin dilupakan oleh saya pribadi. Satu pesan khusus bagi kawan2 semua, jadilah orang yang berbeda dari biasanya, maka kalian akan dapat perhatian lebih dari orang lain.
                Sedikit cerita tentang pak hendra, dia adalah Dekan Fakultas saya, fakultas kehutanan. Beliau adalah salah satu tokoh inspirasi saya dari 5 tokoh inspirasi hidup saya. Salah satu kelebihan pak hendra adalah beliau dekan dan beliau tak pernah bilang sibuk jika ada mahasiswa yang ingin berkonsultasi dengan beliau. Beliau juga mempunyai langkah-langkah strategi bila menghadapi masalah, beliau juga orang yang cukup tegas tidak mudah diajak kompromi, kritis terhadap sesuatu. alhasil beliau tidak disenangi dikalangan orang rektorat dan bangsa ini pun saya rasa juga tidak senang dengan orang seperti ini, oleh sebab itu beliau tidak dipilih kembali menjadi dekan fakultas kami, padahal jika mengacu sistem yang ada beliau mendapatkan suara terbanyak di fakultas tetapi keputusan akhir berada ditangan rektorat. Pertanyaan berikutnya untuk apa kita meluangkan tenga, pikiran untuk memilih dekan lewat fakultas jika pada akhirnya yang menentukan rektorat? Alangkah anehnya kawan, tapi ya sudahlah saya yakin beliau dapat berkarya didepartemen kami. Soalnya kepala departemen kami rada kolot, jadi saya rasa pak hendra sangat dibutuhkan di depatemen kami, untuk mengurangi kekolotan sang kadep.
                Lima hari menuju sidang, tahap akhir dari 5 tahun perjalanan saya di kampus IPB. Kampus yang dulu dibanggakan sebagai kampus hijau, sekarang telah menjadi kampus beton. Entah apa yang dipikirkan para petinggi kami. Dugaan saya adalah ingin menambah mahasiswa sehingga menambah pendapatan IPB, karena IPB telah menjadi kampus BHMN. Apa2 harus mengatur sendiri termasuk keuangannya. Lantas salah siapa ketika pohon yang telah tumbuh difakultas kami bertahun-tahun harus ditebang? Saya rasa rektor ipb tidak sepenuhnya salah, pemerintahlah yang salah. Pemerintah salah karena tidak sepenuhnya memperhatikan pendidikan, bukankah dengan pendidikan yang baik akan melahirkan masyarakat yang baik pula? politik kotor yang selalu diurus, semoga allah turun tangan untuk menuntaskan ini semua. Rasanya cape bila pada akhirnya meyinggung pemerintah.
                Hari jum’at 5 agustus 2011 (5 Ramadhan 1432 H) pukul 09.00 WIB sidang saya dimulai. Satu rahasia yang kalian harus punya ketika sidang adalah jangan pernah nerves dan jangan menggurui. Sidang saya berlangsung santai adakalanya kami tertawa bersama, dua jam waktu yang diperlukan untuk sidang berlalu begitu cepat dan akhirnya pengumuman hasil sidang diberitahukan. “Saudara Yuliatno Budi Santoso, setelah kami diskusikan dengan dosen pembimbing dan penguji anda dinyatakan……..LULUS dengan nilai mutu B” kata2 yang diucapkan oleh ketua sidang yang baik hati. Alhamdulillah saya lulus, tapi kenapa dapat B? oh tuhan saya tidak bodoh2 sekali dalam menjawab pertanyaan tadi. Bukannya saya sombong atau gimana, tetapi rasanya ada yang kurang jika tidak mendapat nilai A, masalahnya ini adalah penghunjung pencapaiaan. Kalau boleh jujur saya tidak terima, tapi ya sudahlah sebenarnya mau mendapat A atau B tidak mempangaruhi IPK secara lamhsung, hanya berpengaruh 0,04 apa artinya angka tersebut yang penting tidak banyak mempengaruhi IPK.
                Berakhir sudah perjalanan pendidikan di kampus IPB, ya kampus yang telah memberikan pelajaran berharga bagi saya pribadi, kampus yang nuansa agamanya sangat kental dan kuat, kampus yang memberikan pelajaran politi kepada saya, kampus yang dulu hijau sekarang sudah tidak lagi, dan yang terpenting akhirnya saya lulus dari kampus tersebut. Perjuangan ini baru akan dimulai, ujian yang sebenarnya ada setelah saya lulus, “jaga almamater kita” begitulah nasihat bu corry kepada saya. Tenang bu, almamter akan selalu saya jaga di dalam hati dan pikiran saya untuk menjadi buffer ketika saya mulai kehilangan arah. Terlintas untuk melanjutkan S2 di IPB, tapi kita lihat saja beberapa tahun kedepan, semoga saja dapat kembali kesana. Terima kasih IPB, terima kasih kepada setiap elemen yang berada didalamnya, saya bangga pernah menempuh pendidikan di institusi tersebut walau terasa berat untuk keluar dari institusi ini namun saya bangga, Akan saya jaga nama baik mu IPB. Semoga saya dapat berkarya untuk bangsa Indonesia dan dunia.

 Bogor, 9 Agustus 2011


Yuliatno Budi Santoso, S.Hut

Sabtu, 09 Juli 2011

MODEL PERSAMAAN ALOMETRIK BIOMASSA DAN MASSA KARBON POHON AKASIA MANGIUM (Acacia mangium Willd.)

Dasar Pemikiran
Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dinitrogen oksida (N2O), hidrofluorokarbon (HFC), perfluorokarbon (PFC) dan sulfur heksafluorida (SF6) di atmosfer sudah menimbulkan dampak lingkungan dengan naiknya suhu udara di bumi. Hutan dapat menyerap GRK dengan cara mentransformasi CO2 dari udara menjadi simpanan karbon yang tersimpan di dalam pohon.
Akasia mangium adalah jenis pohon yang tergolong cepat pertumbuhannya, mempunyai kemampuan tumbuh pada lahan marjinal, sehingga membuat spesies ini mudah ditanam di lahan kritis. Penelitian ini dilakukan di Hutan Tanaman Industri (HTI) Akasia mangium di BKPH Parung Panjang, KPH Bogor, Perum Perhutani Unit III, Jawa Barat dan Banten. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetahui perbedaan kadar karbon pada bagian-bagian pohon Akasia mangium, (2) mengetahui persamaan alometrik biomassa dan massa karbon pohon Akasia mangium dan (3) mengestimasi stok karbon dari HTI Akasia mangium. Pemilihan pohon sampel dalam setiap kelas diameter dilakukan secara purposive sampling, mulai dari kelas diameter 0-5 cm sampai dengan 35-40 cm. Uji laboratorium dilakukan untuk menentukan kadar karbon pada setiap bagian pohon. Persamaan terbaik dipilih dengan menggunakan persamaan alometrik berdasarkan nilai R2(adj) tertinggi.

Metode Pengambilan Data Primer

Ø  Metode Survei Potensi Hutan
Survey potensi hutan dilakukan dengan metode Systematic Sampling with Random Start dengan luas plot 0,1 ha berbentuk lingkaran dengan jari-jari sepanjang 17,8 meter.

Ø  Metode Pemilihan Pohon Sampel
Jumlah sampel pohon Akasia mangium yang diperlukan dalam penelitian ini sebanyak 8 pohon yang dipilih dari kelas-kelas diameter pohon yang terdapat di lapangan dan ditebang dari HTI Akasia mangium di BKPH Parung Panjang, KPH Bogor, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten.
Kriteria pemilihan pohon Akasia mangium yang dijadikan sampel (Elias  2010) sebagai berikut:
1.      Sebaran diameter pohon-pohon Akasia mangium yang diambil sebagai sampel penelitian harus mewakili tiap-tiap kelas diameternya, sehingga ke-8 kelas diameter pohon sampel terwakili masing-masing oleh 1 pohon sampel. Sebaran diameter pohon Akasia mangium yang dijadikan sampel dapat dilihat dalam Tabel 3
2.      Pohon sampel yang dipilih harus sehat dan bentuk pohonnya normal
3.      Pohon sampel harus mewakili kondisi rata-rata pohon-pohon Akasia mangium pada kelas diameter pohon yang bersangkutan.
Tiap-tiap pohon sampel diukur diameternya pada ketinggian 1,30 m dari permukaan tanah dan diberi nomor pohon mulai dari nomor 1 sampai dengan 8. Kemudian pohon-pohon tersebut ditebang dan diukur volume batang utama dan cabangnya, serta berat basah ranting, daun, akar. Setelah pengukuran selesai dari masing-masing pohon diambil 3 buah sampel dari tiap-tiap bagian pohon, yang terdiri dari sampel batang utama, cabang, ranting, daun dan akar.

Ø    Metode Pengumpulan Data Pohon sampel
Metode pengumpulan data pohon sampel melalui tahap (Elias 2010) sebagai berikut:
1.      Pengukuran Diameter Pohon Sampel
Setelah pohon sampel terpilih masing-masing pohon sampel diukur diameter setinggi dada (1,30 m di atas permukaan tanah) dengan menggunakan pita keliling dan tongkat setinggi 1,30 m. Hasil pengukuran dicantumkan dalam tally sheet sesuai dengan nomor pohonnya.
2.      Persiapan Sebelum Penebangan Pohon Sampel
Persiapan sebelum penebangan yang dimaksud adalah :
a.       Menyiapkan peralatan berupa chainsaw untuk pemangkasan cabang, penebangan dan pemotongan batang utama. Parang untuk pemangkasan ranting dan daun. Sedangkan penggalian akar menggunakan cangkul dan dibersihkan dengan kuas.
b.      Menyiapkan wadah dari terpal di atas permukaan tanah di sekitar pohon sampel
c.       Menyiapkan pita keliling untuk pengukuran diameter batang utama dan cabang serta timbangan untuk menimbang berat basah cabang, ranting, daun dan akar.
d.      Menyiapkan tali tambang untuk menahan cabang pohon yang dipangkas agar tidak terjatuh langsung ke atas tanah, sehingga tidak terjadi kerusakan dan kehilangan bagian-bagian pohon sampel.
3.      Pemangkasan Cabang
Sebelum perebahan batang utama pohon (penebangan) terlebih dahulu dilakukan pemangkasan cabang-cabang pohon. Pemangkasan cabang dilakukan dengan cara memanjat pohon sampel dan dilakukan pemotongan cabang-cabang di atas pohon. Cabang yang telah dipotong diturunkan secara hati-hati ke atas permukaan tanah dengan menggunakan penahan tali tambang yang telah disiapkan sebelumnya. Cabang, ranting dan daun-daun hasil pemangkasan dikumpulkan dan disimpan di atas wadah terpal yang telah disiapkan.
4.      Penebangan Batang Utama
Penebangan batang utama pohon sampel dilakukan setelah pemangkasan cabang selesai. Dalam rangka menjaga keselamatan kerja dalam penebangan, perebahan batang utama pohon sampel yang berdiameter besar (>30 cm) dilakukan dengan membuat takik rebah dan takik balas pada tunggak pohon yang diusahakan sedekat mungkin dengan permukaan tanah. Apabila tunggak yang terjadi setelah penebangan lebih tinggi dari 30 cm dari permukaan tanah, maka bagian di atas permukaan tanah tersebut harus dipotong setelah penggalian akar dan disatukan dengan batang utama pohon.
5.      Penggalian Akar Pohon Sampel
Penggalian akar pohon harus dilakukan dengan hati-hati agar semua bagian akar dapat digali dari dalam tanah. Bagian akar yang masih terdapat tanah dibersihkan dengan parang, sikat dan kuas hingga bersih dari kotoran dan tanah.

6.      Pemisahan Bagian-bagian Pohon
Bagian-bagian pohon dipisahkan kedalam kelompoknya masing-masing, yaitu :
a.       Kelompok batang utama : dari pangkal (bagian tunggak) sampai ujung batang utama berdiameter 10 cm
b.      Kelompok cabang : bagian batang cabang yang berdiameter > 5 cm
c.       Kelompok ranting : bagian ranting yang berdiameter ≤ 5 cm
d.      Kelompok akar dan akar tunjang : bagian akar tunjang dan akar-akar lainnya
e.       Kelompok daun : bagian tangkai daun dan daun-daun.
7.      Pengukuran Volume Batang Utama dan Cabang
Batang utama dan cabang diberi tanda pada tiap-tiap sekmen batangnya dengan interval ± 2 m, lalu diukur volumenya.
Parameter yang diukur adalah :
a.       Panjang batang dari pangkal sampai cabang pertama (m)
b.      Panjang (m) dan keliling (cm) pangkal dan ujung batang utama tiap-tiap sekmen batang dari batang utama
c.       Panjang (m) dan keliling (cm) pangkal dan ujung batang cabang tiap-tiap sekmen cabang.
8.      Penimbangan Berat Basah  Ranting, Daun dan Akar
Ranting, daun dan akar yang telah dipisahkan ditimbang berat basahnya masing-masing dengan alat timbang yang sesuai, yakni alat timbangan skala 25-100 kg. Daun, ranting dan akar-akar berdiameter kecil yang akan ditimbang masing-masing dimasukkan ke dalam karung plastik yang telah diketahui beratnya, kemudian ditimbang berat basahnya dalam satuan kg. Sedangkan ranting dan akar berdiameter besar masing-masing diikat dengan tali plastik, kemudian ditimbang berat basahnya dalam satuan kg.
Ø    Metode Pengambilan Bahan Uji Laboratorium di Lapangan
Sampel bahan uji di laboratorium diambil dari bagian-bagian pohon masing-masing sampel pohon, yakni dari bagian batang utama, batang cabang, ranting, daun serta akar. Sampel yang diambil dari masing-masing bagian pohon sampel sebanyak 3 kali ulangan, sehingga jumlah sampel bahan uji di laboratorium sama dengan 8 x 5 x 3 buah atau berjumlah 120 sampel, terdiri dari :
a.       24 buah sampel batang utama
b.      24 buah sampel batang cabang
c.       24 buah sampel ranting
d.      24 buah sampel daun
e.       24 buah sampel akar dan tunggak
Cara pengambilan sampel bahan uji di lapangan (Elias  2010) adalah sebagai berikut:
1.      Sampel batang utama, diambil dari ujung, pangkal dan bagian tengah batang utama dengan membuat potongan melintang batang setebal ± 5 cm
2.      Sampel batang cabang diambil dari cabang yang besar, sedang dan kecil yang diameternya > 5 cm. Sampel diambil dengan cara membuat potongan melintang batang cabang setebal ± 5 cm
3.      Sampel ranting, diambil dari ranting-ranting besar, ranting sedang dan ranting kecil yang panjangnya dipotong-potong menjadi bagian ranting-ranting sepanjang ± 20-30 cm. Setiap sampel beratnya ± 1 kg
4.      Sampel daun diambil dari daun-daun yang telah dicampur sebanyak ± 1 kg sebagai sampel
5.      Sampel akar diambil dari tunggak, akar tunjang dan akar-akar lainnya. Setiap sampel beratnya ± 1 kg.
Sampel kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik, diberi kode sampel dan diikat ujung kantong plastiknya. Contoh kode sampel pohon sebagai berikut :
Batang utama : 1 BU P  (Pohon ke-1-Batang utama-Pangkal)
                          1 BU T  (Pohon ke-1-Batang utama-Tengah)
                          1 BU U  (Pohon ke-1-Batang utama-Ujung)
Cabang            : 1 C B (Pohon ke-1-Cabang-Besar)
                          1 C S (Pohon ke-1-Cabang-Tengah)
                          1 C K (Pohon ke-1-Cabang-Kecil)
Ranting           : 1 R B (Pohon ke-1-Ranting-Besar)
                          1 R S (Pohon ke-1-Ranting- Sedang)
                          1 R K (Pohon ke-1-Ranting-Kecil)
Daun               : 1 D (Pohon ke-1-Daun)
Akar                : 1 A B (Pohon ke-1-Akar-Besar)
                          1 A S (Pohon ke-1-Akar-Sedang)
                          1 A K (Pohon ke-1-Akar-Kecil)
                          1 A T (Pohon ke-1-Akar-Tunjang)
Ø    Metode Pengujian Bahan Uji Laboratorium
1.      Berat Jenis Kayu
Contoh uji berat jenis kayu berukuran 2cm x 2cm x 2cm. Pengukuran berat jenis kayu dilakukan dengan tahapan kerja sebagai berikut :
a.       Menimbang contoh uji dalam keadaan basah untuk mendapatkan berat awal
b.      Mengukur volume contoh uji : contoh uji dicelupkan dalam parafin, lalu dimasukkan kedalam tabung erlenmayer yang berisi air sampai contoh uji berada di bawah permukaan air. Berdasarkan hukum Archimedes volume sampel adalah besarnya volume air yang dipindahkan oleh contoh uji
c.       Kemudian contoh uji dikeringkan dalam tanur selama 24 jam dengan suhu 103 ± 2 °C dan ditimbang untuk mendapatkan berat keringnya.
2.      Kadar Air Kayu
Contoh uji kadar air dari batang utama, cabang dan akar yang berdiameter > 5 cm dibuat dengan ukuran 2cm x 2cm x 2cm. Sedangkan contoh uji dari bagian daun, ranting dan akar kecil (berdiameter < 5 cm) masing-masing ± 300 g.

Cara pengukuran kadar air contoh uji adalah sebagai berikut :
a.       Contoh uji ditimbang berat basahnya
b.      Contoh uji dikeringkan dalam tanur 103 ± 2 °C sampai tercapai berat konstan, kemudian dimasukkan kedalam desikator dan ditimbang berat keringnya
c.       Penurunan berat contoh uji yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanur ialah kadar air contoh uji.
3.      Kadar Zat Terbang
Prosedur penentuan kadar zat terbang menggunakan American Society for Testing Material (ASTM) D 5832-98. Prosedurnya adalah sebagai berikut :
a.       Sampel dari tiap bagian pohon berkayu dipotong menjadi bagian-bagian kecil sebesar batang korek api, sedangkan sampel bagian daun dicincang
b.      Sampel kemudian dioven pada suhu 80 °C selama 48 jam
c.       Sampel kering digiling menjadi serbuk dengan mesin penggiling (willey mill)
d.      Serbuk hasil gilingan disaring dengan alat penyaring (mesh screen) berukuran 40-60 mesh
e.       Serbuk dengan ukuran 40-60 mesh dari contoh uji sebanyak ± 2 gr, dimasukkan kedalam cawan porselen, kemudian cawan ditutup rapat dengan penutupnya dan ditimbang dengan alat timbang
f.       Contoh uji dimasukkan kedalam tanur listrik bersuhu 950 °C selama 2 menit. Kemudian didinginkan dalam desikator dan selanjutnya ditimbang
g.      Selisih berat awal dan berat akhir yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering contoh uji merupakan kadar zat terbang.
4.      Kadar Abu
Prosedur penentuan kadar abu menggunakan American Society for Testing Material (ASTM) D 2866-94. Prosedurnya adalah sebagai berikut :
a.       Sisa contoh uji dari penentuan kadar zat terbang dimasukkan ke dalam tanur listrik bersuhu 900 °C selama 6 jam
b.      Selanjutnya didinginkan didalam desikator dan kemudian ditimbang untuk mencari berat akhirnya
c.       Berat akhir (abu) yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanur contoh uji merupakan kadar abu contoh uji.
5.      Kadar Karbon
Penentuan kadar karbon contoh uji dari tiap-tiap bagian pohon menggunakan Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-3730-1995, dimana kadar karbon contoh uji merupakan hasil pengurangan 100% terhadap kadar zat terbang dan kadar abu. 
Hasil penelitian pada tegakan Akasia mangium memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan kadar karbon pada bagian-bagian pohon (akar, batang utama, cabang, ranting dan daun). Massa  karbon terbesar terdapat pada bagian batang utama dan yang terkecil terdapat pada bagian daun. Model alometrik untuk biomassa pohon Akasia mangium adalah W = 0,140928 D2,31 dan model alometrik massa karbon pohon Akasia mangium adalah C = 0,060255 D2,39. Potensi karbon pohon Akasia mangium di BKPH Parung Panjang sebesar 25,4183 ton/ha.

 



MODEL PERSAMAAN ALOMETRIK BIOMASSA DAN MASSA KARBON POHON AKASIA MANGIUM (Acacia mangium Willd.)

Dasar Pemikiran
Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dinitrogen oksida (N2O), hidrofluorokarbon (HFC), perfluorokarbon (PFC) dan sulfur heksafluorida (SF6) di atmosfer sudah menimbulkan dampak lingkungan dengan naiknya suhu udara di bumi. Hutan dapat menyerap GRK dengan cara mentransformasi CO2 dari udara menjadi simpanan karbon yang tersimpan di dalam pohon.
Akasia mangium adalah jenis pohon yang tergolong cepat pertumbuhannya, mempunyai kemampuan tumbuh pada lahan marjinal, sehingga membuat spesies ini mudah ditanam di lahan kritis. Penelitian ini dilakukan di Hutan Tanaman Industri (HTI) Akasia mangium di BKPH Parung Panjang, KPH Bogor, Perum Perhutani Unit III, Jawa Barat dan Banten. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetahui perbedaan kadar karbon pada bagian-bagian pohon Akasia mangium, (2) mengetahui persamaan alometrik biomassa dan massa karbon pohon Akasia mangium dan (3) mengestimasi stok karbon dari HTI Akasia mangium. Pemilihan pohon sampel dalam setiap kelas diameter dilakukan secara purposive sampling, mulai dari kelas diameter 0-5 cm sampai dengan 35-40 cm. Uji laboratorium dilakukan untuk menentukan kadar karbon pada setiap bagian pohon. Persamaan terbaik dipilih dengan menggunakan persamaan alometrik berdasarkan nilai R2(adj) tertinggi.

Metode Pengambilan Data Primer

Ø  Metode Survei Potensi Hutan
Survey potensi hutan dilakukan dengan metode Systematic Sampling with Random Start dengan luas plot 0,1 ha berbentuk lingkaran dengan jari-jari sepanjang 17,8 meter.

Ø  Metode Pemilihan Pohon Sampel
Jumlah sampel pohon Akasia mangium yang diperlukan dalam penelitian ini sebanyak 8 pohon yang dipilih dari kelas-kelas diameter pohon yang terdapat di lapangan dan ditebang dari HTI Akasia mangium di BKPH Parung Panjang, KPH Bogor, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten.
Kriteria pemilihan pohon Akasia mangium yang dijadikan sampel (Elias  2010) sebagai berikut:
1.      Sebaran diameter pohon-pohon Akasia mangium yang diambil sebagai sampel penelitian harus mewakili tiap-tiap kelas diameternya, sehingga ke-8 kelas diameter pohon sampel terwakili masing-masing oleh 1 pohon sampel. Sebaran diameter pohon Akasia mangium yang dijadikan sampel dapat dilihat dalam Tabel 3
2.      Pohon sampel yang dipilih harus sehat dan bentuk pohonnya normal
3.      Pohon sampel harus mewakili kondisi rata-rata pohon-pohon Akasia mangium pada kelas diameter pohon yang bersangkutan.
Tiap-tiap pohon sampel diukur diameternya pada ketinggian 1,30 m dari permukaan tanah dan diberi nomor pohon mulai dari nomor 1 sampai dengan 8. Kemudian pohon-pohon tersebut ditebang dan diukur volume batang utama dan cabangnya, serta berat basah ranting, daun, akar. Setelah pengukuran selesai dari masing-masing pohon diambil 3 buah sampel dari tiap-tiap bagian pohon, yang terdiri dari sampel batang utama, cabang, ranting, daun dan akar.

Ø    Metode Pengumpulan Data Pohon sampel
Metode pengumpulan data pohon sampel melalui tahap (Elias 2010) sebagai berikut:
1.      Pengukuran Diameter Pohon Sampel
Setelah pohon sampel terpilih masing-masing pohon sampel diukur diameter setinggi dada (1,30 m di atas permukaan tanah) dengan menggunakan pita keliling dan tongkat setinggi 1,30 m. Hasil pengukuran dicantumkan dalam tally sheet sesuai dengan nomor pohonnya.
2.      Persiapan Sebelum Penebangan Pohon Sampel
Persiapan sebelum penebangan yang dimaksud adalah :
a.       Menyiapkan peralatan berupa chainsaw untuk pemangkasan cabang, penebangan dan pemotongan batang utama. Parang untuk pemangkasan ranting dan daun. Sedangkan penggalian akar menggunakan cangkul dan dibersihkan dengan kuas.
b.      Menyiapkan wadah dari terpal di atas permukaan tanah di sekitar pohon sampel
c.       Menyiapkan pita keliling untuk pengukuran diameter batang utama dan cabang serta timbangan untuk menimbang berat basah cabang, ranting, daun dan akar.
d.      Menyiapkan tali tambang untuk menahan cabang pohon yang dipangkas agar tidak terjatuh langsung ke atas tanah, sehingga tidak terjadi kerusakan dan kehilangan bagian-bagian pohon sampel.
3.      Pemangkasan Cabang
Sebelum perebahan batang utama pohon (penebangan) terlebih dahulu dilakukan pemangkasan cabang-cabang pohon. Pemangkasan cabang dilakukan dengan cara memanjat pohon sampel dan dilakukan pemotongan cabang-cabang di atas pohon. Cabang yang telah dipotong diturunkan secara hati-hati ke atas permukaan tanah dengan menggunakan penahan tali tambang yang telah disiapkan sebelumnya. Cabang, ranting dan daun-daun hasil pemangkasan dikumpulkan dan disimpan di atas wadah terpal yang telah disiapkan.
4.      Penebangan Batang Utama
Penebangan batang utama pohon sampel dilakukan setelah pemangkasan cabang selesai. Dalam rangka menjaga keselamatan kerja dalam penebangan, perebahan batang utama pohon sampel yang berdiameter besar (>30 cm) dilakukan dengan membuat takik rebah dan takik balas pada tunggak pohon yang diusahakan sedekat mungkin dengan permukaan tanah. Apabila tunggak yang terjadi setelah penebangan lebih tinggi dari 30 cm dari permukaan tanah, maka bagian di atas permukaan tanah tersebut harus dipotong setelah penggalian akar dan disatukan dengan batang utama pohon.
5.      Penggalian Akar Pohon Sampel
Penggalian akar pohon harus dilakukan dengan hati-hati agar semua bagian akar dapat digali dari dalam tanah. Bagian akar yang masih terdapat tanah dibersihkan dengan parang, sikat dan kuas hingga bersih dari kotoran dan tanah.

6.      Pemisahan Bagian-bagian Pohon
Bagian-bagian pohon dipisahkan kedalam kelompoknya masing-masing, yaitu :
a.       Kelompok batang utama : dari pangkal (bagian tunggak) sampai ujung batang utama berdiameter 10 cm
b.      Kelompok cabang : bagian batang cabang yang berdiameter > 5 cm
c.       Kelompok ranting : bagian ranting yang berdiameter ≤ 5 cm
d.      Kelompok akar dan akar tunjang : bagian akar tunjang dan akar-akar lainnya
e.       Kelompok daun : bagian tangkai daun dan daun-daun.
7.      Pengukuran Volume Batang Utama dan Cabang
Batang utama dan cabang diberi tanda pada tiap-tiap sekmen batangnya dengan interval ± 2 m, lalu diukur volumenya.
Parameter yang diukur adalah :
a.       Panjang batang dari pangkal sampai cabang pertama (m)
b.      Panjang (m) dan keliling (cm) pangkal dan ujung batang utama tiap-tiap sekmen batang dari batang utama
c.       Panjang (m) dan keliling (cm) pangkal dan ujung batang cabang tiap-tiap sekmen cabang.
8.      Penimbangan Berat Basah  Ranting, Daun dan Akar
Ranting, daun dan akar yang telah dipisahkan ditimbang berat basahnya masing-masing dengan alat timbang yang sesuai, yakni alat timbangan skala 25-100 kg. Daun, ranting dan akar-akar berdiameter kecil yang akan ditimbang masing-masing dimasukkan ke dalam karung plastik yang telah diketahui beratnya, kemudian ditimbang berat basahnya dalam satuan kg. Sedangkan ranting dan akar berdiameter besar masing-masing diikat dengan tali plastik, kemudian ditimbang berat basahnya dalam satuan kg.
Ø    Metode Pengambilan Bahan Uji Laboratorium di Lapangan
Sampel bahan uji di laboratorium diambil dari bagian-bagian pohon masing-masing sampel pohon, yakni dari bagian batang utama, batang cabang, ranting, daun serta akar. Sampel yang diambil dari masing-masing bagian pohon sampel sebanyak 3 kali ulangan, sehingga jumlah sampel bahan uji di laboratorium sama dengan 8 x 5 x 3 buah atau berjumlah 120 sampel, terdiri dari :
a.       24 buah sampel batang utama
b.      24 buah sampel batang cabang
c.       24 buah sampel ranting
d.      24 buah sampel daun
e.       24 buah sampel akar dan tunggak
Cara pengambilan sampel bahan uji di lapangan (Elias  2010) adalah sebagai berikut:
1.      Sampel batang utama, diambil dari ujung, pangkal dan bagian tengah batang utama dengan membuat potongan melintang batang setebal ± 5 cm
2.      Sampel batang cabang diambil dari cabang yang besar, sedang dan kecil yang diameternya > 5 cm. Sampel diambil dengan cara membuat potongan melintang batang cabang setebal ± 5 cm
3.      Sampel ranting, diambil dari ranting-ranting besar, ranting sedang dan ranting kecil yang panjangnya dipotong-potong menjadi bagian ranting-ranting sepanjang ± 20-30 cm. Setiap sampel beratnya ± 1 kg
4.      Sampel daun diambil dari daun-daun yang telah dicampur sebanyak ± 1 kg sebagai sampel
5.      Sampel akar diambil dari tunggak, akar tunjang dan akar-akar lainnya. Setiap sampel beratnya ± 1 kg.
Sampel kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik, diberi kode sampel dan diikat ujung kantong plastiknya. Contoh kode sampel pohon sebagai berikut :
Batang utama : 1 BU P  (Pohon ke-1-Batang utama-Pangkal)
                          1 BU T  (Pohon ke-1-Batang utama-Tengah)
                          1 BU U  (Pohon ke-1-Batang utama-Ujung)
Cabang            : 1 C B (Pohon ke-1-Cabang-Besar)
                          1 C S (Pohon ke-1-Cabang-Tengah)
                          1 C K (Pohon ke-1-Cabang-Kecil)
Ranting           : 1 R B (Pohon ke-1-Ranting-Besar)
                          1 R S (Pohon ke-1-Ranting- Sedang)
                          1 R K (Pohon ke-1-Ranting-Kecil)
Daun               : 1 D (Pohon ke-1-Daun)
Akar                : 1 A B (Pohon ke-1-Akar-Besar)
                          1 A S (Pohon ke-1-Akar-Sedang)
                          1 A K (Pohon ke-1-Akar-Kecil)
                          1 A T (Pohon ke-1-Akar-Tunjang)
Ø    Metode Pengujian Bahan Uji Laboratorium
1.      Berat Jenis Kayu
Contoh uji berat jenis kayu berukuran 2cm x 2cm x 2cm. Pengukuran berat jenis kayu dilakukan dengan tahapan kerja sebagai berikut :
a.       Menimbang contoh uji dalam keadaan basah untuk mendapatkan berat awal
b.      Mengukur volume contoh uji : contoh uji dicelupkan dalam parafin, lalu dimasukkan kedalam tabung erlenmayer yang berisi air sampai contoh uji berada di bawah permukaan air. Berdasarkan hukum Archimedes volume sampel adalah besarnya volume air yang dipindahkan oleh contoh uji
c.       Kemudian contoh uji dikeringkan dalam tanur selama 24 jam dengan suhu 103 ± 2 °C dan ditimbang untuk mendapatkan berat keringnya.
2.      Kadar Air Kayu
Contoh uji kadar air dari batang utama, cabang dan akar yang berdiameter > 5 cm dibuat dengan ukuran 2cm x 2cm x 2cm. Sedangkan contoh uji dari bagian daun, ranting dan akar kecil (berdiameter < 5 cm) masing-masing ± 300 g.

Cara pengukuran kadar air contoh uji adalah sebagai berikut :
a.       Contoh uji ditimbang berat basahnya
b.      Contoh uji dikeringkan dalam tanur 103 ± 2 °C sampai tercapai berat konstan, kemudian dimasukkan kedalam desikator dan ditimbang berat keringnya
c.       Penurunan berat contoh uji yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanur ialah kadar air contoh uji.
3.      Kadar Zat Terbang
Prosedur penentuan kadar zat terbang menggunakan American Society for Testing Material (ASTM) D 5832-98. Prosedurnya adalah sebagai berikut :
a.       Sampel dari tiap bagian pohon berkayu dipotong menjadi bagian-bagian kecil sebesar batang korek api, sedangkan sampel bagian daun dicincang
b.      Sampel kemudian dioven pada suhu 80 °C selama 48 jam
c.       Sampel kering digiling menjadi serbuk dengan mesin penggiling (willey mill)
d.      Serbuk hasil gilingan disaring dengan alat penyaring (mesh screen) berukuran 40-60 mesh
e.       Serbuk dengan ukuran 40-60 mesh dari contoh uji sebanyak ± 2 gr, dimasukkan kedalam cawan porselen, kemudian cawan ditutup rapat dengan penutupnya dan ditimbang dengan alat timbang
f.       Contoh uji dimasukkan kedalam tanur listrik bersuhu 950 °C selama 2 menit. Kemudian didinginkan dalam desikator dan selanjutnya ditimbang
g.      Selisih berat awal dan berat akhir yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering contoh uji merupakan kadar zat terbang.
4.      Kadar Abu
Prosedur penentuan kadar abu menggunakan American Society for Testing Material (ASTM) D 2866-94. Prosedurnya adalah sebagai berikut :
a.       Sisa contoh uji dari penentuan kadar zat terbang dimasukkan ke dalam tanur listrik bersuhu 900 °C selama 6 jam
b.      Selanjutnya didinginkan didalam desikator dan kemudian ditimbang untuk mencari berat akhirnya
c.       Berat akhir (abu) yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanur contoh uji merupakan kadar abu contoh uji.
5.      Kadar Karbon
Penentuan kadar karbon contoh uji dari tiap-tiap bagian pohon menggunakan Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-3730-1995, dimana kadar karbon contoh uji merupakan hasil pengurangan 100% terhadap kadar zat terbang dan kadar abu.

 

Metode Pengolahan Data

1.      Volume menggunakan rumus Brereton :
Dimana : V    =  Volume (cm3)
                 Π   = 3,14 (konstanta)
                 Dp      =    Diameter Pangkal (cm)
                 Du =  Diameter Ujung (cm)
                 L    =  Panjang (cm)
2.      Berat Jenis, rumus yang digunakan :
Dimana : BJ      =  Berat Jenis
                 BKT = Berat Kering Tanur (gr)
                 V      =  Volume (cm³)
                 ρ air  = Kerapatan Air (gr/cm³)

3.      Persen Kadar Air, rumus yang digunakan :
Dimana : BBc     = Berat Basah Contoh (gr)
                    BKc     =  Berat Kering Contoh (gr)
                    % KA  = Persen Kadar Air
4.      Berat Kering, rumus yang digunakan :
Dimana :       BK      = Berat Kering (gr)
                        BB       = Berat Basah (gr)
                        % KA  = Persen Kadar Air
5.      Penentuan Kadar Zat Terbang
Kadar zat terbang dinyatakan dalam persen dengan rumus sebagai berikut :
6.      Penentuan Kadar Abu
Kadar abu dinyatakan dalam persen dengan rumus sebagai berikut :
7.      Penentuan Kadar Karbon
Kadar karbon tetap ditentukan berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-3730-1995 sebagai berikut :
Kadar Karbon = 100%-Kadar Zat Terbang-Kadar Abu
8.      Model hubungan antara massa karbon dan diameter pohon. Fungsi hubungan ini dibangun melalui persamaan regresi sederhana. Dimana dari model tersebut akan diketahui tingkat keeratan hubungan antara massa karbon pohon dengan diameter pohon.

Pembuatan model menggunakan program minitab 14. Data yang digunakan untuk membangun persamaan biomassa dan massa karbon total pohon dan bagian-bagian pohon (daun, ranting, cabang, batang dan akar) adalah diameter dalam centimeter dan tinggi pohon dalam meter.
Model persamaan yang digunakan adalah :
·         Model penduga biomassa yang hanya terdiri dari satu peubah saja :
W =  aDb dan W = a + bD
·         Model penduga biomassa yang terdiri dari dua peubah bebas :
W = aDb1Hb2 dan W = a + b1D + b2H
·         Model penduga massa karbonnya : C = aDb dan C = a + bD
·         Model penduga massa karbon dari dua peubah bebas : C = aDb1Hb2 dan C = a +b1D + b2H
Dimana :     W    = Biomassa (kg/pohon)
                 C     = Massa Karbon (kg/pohon)
                       D     = Diameter Pohon (cm)
                       H     = Tinggi Pohon (m)
                       a,b   = Konstanta

3.6  Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah :
1.      Analisis deskriptif dan penyajian dalam bentuk gambar (histogram, diagram batang dan lain-lain).
2.      Analisis perbedaan kadar karbon pada bagian-bagian pohon dilakukan analisis statistik dengan uji beda nilai tengah menggunakan uji t-student.  Adapun parameter yang diuji adalah:
a.       Perbedaan kadar karbon rata-rata setiap bagian pohon yaitu pada bagian akar, batang, cabang, ranting dan daun.
b.      Perbedaan kadar karbon berdasarkan kelas diameter setinggi dada (Ø 1,30 m)
Prosedur uji statistiknya adalah sebagai berikut :
1.      Menentukan formulasi hipotesis
Ho : Tidak ada pengaruh X terhadap Y
H1 : Ada pengaruh X terhadap Y
2.      Menentukan taraf nyata dan t tabel
·         Taraf nyata yang digunakan 5% (0,05)

·         Nilai t tabel memiliki derajat bebas (db) = n-2
tα; n-2 = 2,015
3.      Menentukan kriteria pengujian
Ho diterima (H1 ditolak) apabila t-hit ≤ t tabel
Ho ditolak (H1 diterima) apabila t-hit > t tabel
4.      Menentukan nilai uji T (nilai t-hit)
Rumus yang digunakan adalah (Walpole 1995) :
T hitung =
Dimana :    1            = Rataan kadar karbon bagian pohon ke-1
                  2         = Rataan kadar karbon bagian pohon ke-2
                  d0           = Selisih nilai beda tengah populasi = 0
                  S21          = Ragam bagian pohon ke-1
                  S22          = Ragam bagian pohon ke-2
      n1         = Jumlah contoh bagian pohon ke-1
      n2            = Jumlah contoh bagian pohon ke-2
5.      Membuat kesimpulan
Menyimpulkan Ho diterima atau ditolak.




Hasil penelitian pada tegakan Akasia mangium memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan kadar karbon pada bagian-bagian pohon (akar, batang utama, cabang, ranting dan daun). Massa  karbon terbesar terdapat pada bagian batang utama dan yang terkecil terdapat pada bagian daun. Model alometrik untuk biomassa pohon Akasia mangium adalah W = 0,140928 D2,31 dan model alometrik massa karbon pohon Akasia mangium adalah C = 0,060255 D2,39. Potensi karbon pohon Akasia mangium di BKPH Parung Panjang sebesar 25,4183 ton/ha.